READING FOR LEARNING THE NEW


Bendung Gerak Serayu

Jumat, 30 April 2010

SELEKSI BAHAN PUSTAKA

SELEKSI BAHAN PUSTAKA

Seleksi bahan pustaka adalah mensuplai bahan pustaka yang tepat kepada pengguna yang tepat dan dalam waktu yang tepat pula. Disini terkandung pengertian bahwa pihak perpustakaan harus dapat memilih bahan pustaka yang tepat dan cocok untuk pengguna yang tepat pula. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan informasi yang bersifat personal, yang berarti keperluan orang terhadap informasi mungkin tidak akan sama satu dengan yanglainnya, dengan demikian pustakawan harus mampu mensuplai informasi yang tepat, serta harus mampu menyeleksi koleksi yang cocok untuk menjadi koleksi perpustakaan.

Dalam kegiatan seleksi bahan pustaka terlebih dahulu kita kemukakan pengertian dan jenis bahan pustaka itu sendiri. Dalam bukunya “Pengantar Ilmu Perpustakaan” Sulistyobasuki (1991) memberikan suatu pengertian bahan pustaka, yaitu :

  • Karya cetak, yang meliputi buku, majalah, laporan, pamflet, prosiding, manuskrip (naskah), dll.
  • Karya non cetak, yang meliputi : karya rekam seperti piringan hitam, rekaman audio, kaset, dan video.
  • Bentuk mikro, seperti mikrofilm, mikrofis, microopaque
  • Elektro seperti disket, pita magnetik (sekarang ada bentuk digital yaitu CD-ROM).

1. Jenis Bahan Pustaka

Dalam kegiatan seleksi bahan pustaka kita harus tahu pengertian dari jenis bahan pustaka itu sendiri, seperti :

· Karya cetak, yang meliputi buku, majalah, laporan, pamflet, prosiding, manuskrip (naskah), dll.

· Karya non cetak, yang meliputi karya rekam seperti piringan hitam, rekaman audio kaset, dan video.

· Elektronik seperti disket, pita magnetik (sekarang sudah ada koleksi dalam bentuk digital yaitu CD-ROM).

2. Prinsip Seleksi

Kegiatan seleksi bahan pustaka/informasi di perpustakaan ada beberapa prinsip seleksi yang harus diperhatikan. Banyak pakar yang mengemukaan pendapat tentang hal ini salah satunya adalah David Spiller (1991), yang mengemukakan pendapat, bahwa dalam melakukan seleksi bahan pustaka ada 5 pendekatan, yaitu :

1) Pendekatan menurut subyek

· Dalam memilih koleksi, harus dipertimbangkan mengenai subyek dan siapa penggunanya, serta dimana bahan pustaka tersebut bisa didapat.

· Pustakawan menentukan subyek-subyek yang akan dipilih disesuaikan dengan lembaga induknya, serta subyek yang menjadi prioritas.

· Dalam melakukan pengadaan bahan pustaka harus memenuhi standar klasifikasi 000 – 900 secara berimbang baik kuantitas maupun kualitasnya, sehingga bahan pustaka yang tersedia dapat digunakan oleh semua pihak secara optimal.

· Masing-masing perpustakaan mempunyai kekhasan dalam layanan maupun koleksinya.

2) Pendekatan menurut tingkat dan mutu koleksi

Dalam melakukan seleksi bahan pustaka harus mengetahui dengan baik siapa yang menjadi pengguna perpustakaan sehingga dapat diketahui tingkat dan mutu koleksi disesuaikan dengan penggunanya dan kemampuan dana yang tersedia untuk perpustakaan.

3) Harga Buku

Kegiatan seleksi bahan pustaka harus diperhatikan dan disesuaikan dengan kemampuan anggaran yang ada.

4) Standar kualitas isi buku

Dalam melakukan seleksi bahan pustaka, maka perlu diperhatikan isi atau kualitas bahan pustaka tersebut.

5) Dapat dibaca dan menarik

Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam kegiatan seleksi adalah faktor readibility atau derajat keterbacaan, cara penyajian, serta sistematika bahan pustaka tersebut, sehingga bahan pustaka tersebut selain dapat dibaca juga menarik untuk dibaca oleh pengguna perpustakaan.


3. Alat bantu seleksi

Dalam melakukan seleksi bahan pustaka di perpustakaan dibutuhkan alat bantu seleksi yang diterbitkan tentang suatu subyek ataupun untuk mengetahui suatu bahan itu merupakan terbitan yang paling mutakhir jika dibandingkan dengan yang lain.

Adapun pengelompokan alat bantu seleksi sbb :

    • Bibliografi (current, retrospective, local, nasional, universal)
    • Majalah-majalah profesional, book review/resensi buku dalam harian
    • Katalog penerbit, toko buku, dealer, serta lembaga-lembaga tertentu
    • Para ahli yang dapat dimintai pendapat atau rekomendasi


4. Tugas Pustakawan dalam Seleksi Bahan Pustaka

Didalam melaksanakan kegiatan seleksi bahan pustaka ada beberapa tugas dari seorang pustakawan, yaitu sebagai berikut :

a. Mengerahkan seluruh proses seleksi menurut arah yang tepat.

b. Meyakinkan pimpinan akan perlunya tersedianya dana yang cukup untuk membina koleksi yang sesuai dengan lembaga yang menaunginya.

c. Menggunakan dana dengan baik sehingga kebutuhan pengguna (dari berbagai kalangan) dapat terpenuhi.

d. Menumbuhkan minat kerjasama dengan semua pihak, danmemberi informasi ketersediaan dana dari pihak-pihak terkait.

e. Mengikuti secara teratur berbagai bibliografi, majalah, tinjauan buku, katalog penerbit, serta saran-saran dari para ahli mengenai buku/majalah yang layak dibeli.

f. Menyediakan waktu untuk secara pribadi mengadakan seleksi.

g. Menggugah minat pengguna akan koleksi perpustakaan.

h. Meningkatkan kerjasama diantara staf perpustakaan

Selanjutnya pustakawan sebagai orang yang bertanggungjawab dalam kegiatan seleksi bahan pustaka hendaknya perlu memakai pedoman dasar sebagai berikut :

a. Mengetahui berbagai jenis bahan pustaka yang ada di pasaran.

b. Mengetahui tujuan dan fungsi perpustakaan tempat ia bekerja.

c. Mengenal kebutuhan masyarakat yang dilayani.

d. Mengenal prinsip-prinsip seleksi.

e. Mengenal dan mampu menggunakan alat-alat bantu seleksi.

f. Memahami berbagai kendala yang ada.


5. Profil Penyeleksi

Untuk menjadi penyeleksi yang baik bukanlah pekerjaan yang mudah, namun ada beberapa persyaratan, yaitu :

a. Informed

b. Educated

c. Akrab

d. Impatial/netral

e. Mengetahui semua koleksi yang dimiliki perpustakaan.

6 TAHAPAN DALAM PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN
PENGEMBANGAN MUTU LAYANAN PERPUSTAKAAN
BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

PENGEMBANGAN MUTU LAYANAN PERPUSTAKAAN
BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

Kamis, 29 April 2010

KELAYAKAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN BANYUMAS

Kondisi perpustakaan sekolah dasar yang masih jauh dari kondisi ideal untuk menunjang kemajuan pendidikan di Indonesia seperti tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Namun demikian, usaha-usaha terhadap pembinaan perpustakaan sekolah yang dilakukan secara signifikan dan berkesinambungan oleh pemerintah, baik di tingkat pusat, maupun tingkat daerah juga bukanlah sutau bukti yang dapat diabaikan. Bahkan di tingkat sekolah sendiri, ada pengelolaannya yang senantiasa berusaha yang secara bertahap membenahi perpustakaannya dengan dana dari POMG, BOS dan lembaga lainnya. Menilik fenomena yang demikian serta menghingat betapa pentingnya perpustakaan sebagai sumber informasi dalam menunjang proses kegiatan belajar mengajar, maka pada tahhun 2007 pernah dilakukan sebuah studi mengenai kelayakan perpustakaan sekolah dasar (kerasama BALITBANGTELARDA KAB. Banyumas dengan UNSOED.
Tujuan dari studi tersebut adalah memotret serta mengukur tingakat kelayakan perpustakaan Sekolah Dasar di Kabupaten Banyumas. Dengan mengetahui gambaran yang lebih nyata tentang tingkat kelayakannya, diharapkan akan diperoleh rekomendasi yang tepat untuk pembinaan perpustakaan Sekolah Dasar di wilayah kabupaten Banyumas sehingga pembinaan tersebut dapat dilakukan dengan lebih akurat, terarah, efektif, dan efisien.
Sasarn penelitian adalah perpustakaan sekolah dasar di Wilayah Kabupaten Banyumas.
Variabel yang diteliti mengenai beberapa aspek yang harus ada dalam penyelenggaraan perpustakaan sekolah dasar, yang terdiri atas organisasi bahan perpustakaan, manajemen, administrasi, pengolahan bahan perpustakaan dan pelayanan.
populasi penelitian adalah Sekolah dasar Negeri yang tersebar di 27 Kecamatan dalam wilayah Kabupaten Banyumas berjumlah 819. sampel sebesar 85 responden diambil secara acak.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan :
  1. Pada umumnya perpustakaan sekolah dasar tidak mempunyai petugas khusus, apalagi yang memiliki latar belakang pendidikan perpustakaan. pengelolaannya diserahkan kepada para guru, yang notabene sudah mempunyai tugas utama yang tidak ringan. Tentu saja para guru tersebut akan mengutamakan tugas pokoknya sehingga urusan perpustakaan seringkali terbengkalai dan perpustakaan menjadi tidak layak karena tidak dapat melayani penggunanya secara optimal.
  2. Sebagian besar perpustakaan Sekolah Dasar di Kabupaten Banyumas tidak memiliki gedung atau bahkan ruang tersendiri yang cukup untuk menyelenggarakan kegiatan perpustakaan. Kondisi yang demikian membuat perpustakaan sekolah tidak layak karena tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
  3. Pada umumnya perpustakaan sekolah tidak pernah mengikuti lomba perpustakaan. Padahal kesiapan sebuah perpustakaan untuk mengikuti lomba dapat menjadi cermin dari kelayakan perpustakaan tersebut dipandang dari sudut organisasinya, manajemennya, administrasinya, pengolahan, dan pelayanannya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa perpustakaan sekolah tidak layak.
  4. Hanya sebagian kecil perpustakaan sekolah yang berhasil memperoleh bantuan dari lembaga (bisnis) serta perorangan. Salah satu sebabnya adalah bahwa pihak perpustakaan kurang proaktif.
  5. Pada Umumnya Kepala Sekolah tidak memiliki konsep perpustakaan ideal. Padahal salah satu fungsi idealisme adalah untuk menumbuhkan motivasi dalam emncapai yang dicita-citakan.
  6. Hanya sebagian kecil kepala sekolah yang memiliki komitment dalam menyelenggarakan perpustakaan.
  7. Prasarana yang meliputi sub indikator gedung tersendiri, luas, lokasi, ruanng khusus, pencahayaan, dan sirkulasi udara secara komulatif berpredikat tidak layak. Hal tersebut ditunujukkan dengan rerata persentase 16,08%.
  8. Sarana yang meliputi sub indikator almari katalog, rak buku, rak majalah, rak koran, meja baca, kursi baca, meja/kursi staf, komputer, meisn ketik, audio visual dan display secara komulatif berpredikat kurang layak. Hal tersebut ditunjukkan dengan rerata persentase 37,18%.
  9. Koleksi yang melliputi sub indikator buku pelajaran pokok, pelajaran pelengkap, buku bacaan, jumlah judul lebih dari atau sama dengan 1000 judul, jumlah judul buku fiksi lebih dari atau sama dengan 400, jmulah judul non fiksi lebih dari atau sama dengan 600, koleksi referensi, majalah, surat kabar, dan AVA secara komulatif berpredikat kurang layak. Hal tersebut ditunjukkan dengan rerata persentase 43, 65 persen.
  10. Sumber daya manusia yang meliputi sub indikator petugas khusus, pustakwan, pendidikan petugas di bidang perpustakaan, keikutsertaan dalam pelatihan dan mengikuti seminar secara komulatif berpredikat tidak layak. Hal tersebut ditunjukkan dengan rerata persentase 8,24%.
  11. Administrasi perpustakaan yang meliputi sub indikator pengadaan, pengolahan, layanan, sarana layanan, laporan kegiatan layanan, pemanfaatan perpustakaan dan pengenalan perpustakaan secara komulatif berpredikat kurang layak. Hal tersebut ditunjukkan dengan rerata persentase 45,62%.
(Sumber : Laporan Penelitian Kelayakan Perpustakaan Sekolah Dasar di Kabupaten Banyumas Tim Peneliti Tulus Nugrahadi, Chamdi, Djoko Prasetyo, Nurhasyim, Fuad Zen, Arif Nurochman, Purwono) tahun 2007.