READING FOR LEARNING THE NEW


Bendung Gerak Serayu

Minggu, 16 Mei 2010

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAYANAN PERPUSTAKAAN

a. Empati

Yaitu suatu sikap, respon dan tindakan dimana pustakawan dapat merasakan apa yang sedang dirasakan oleh pemakai. Pemakai datang ke perpustakaan tentunya bermaksud mencari buku yang dibutuhkan, maka semaksimalnya apa yang dibutuhkan pemakai dapat terpenuhi. Ada kalanya pemakai datang untuk sekedar mencari kenyamanan dan ketenangan, maka pustakawan mencoba mengkondisikan apa yang dirasakan oleh pemakai.

b. Daya Tanggap (Responsiveness)

Salah satu ciri seorang profesional adalah memiliki daya tanggap yang cepat atau responsif. Pemakai akan sangat terkenang dengan respon cepat dari pustakawan atas kebutuhan yang dihadapinya.

c. Jaminan (Assurance)

Yang termasuk jaminan antara lain kemampuan, kesopanan, sifat yang dapat dipercaya oleh pustakawan, sehingga pemakai akan merasa nyaman dalam memanfaatkan layanan perpustakaan.

Keandalan (Reliability)

Kemampuan pustakawan untuk memberikan layanan sesuai yang dijanjikan dengan akurat, cepat dan memuaskan. Misalnya untuk satu kali transaksi peminjaman bila standar waktunya 30 detik/transaksi, maka maksimal waktu 30 detik itu yang harus diberikan kepada pemakai. Perpustakaan memiliki standar operasional dalam setiap jenis layanan, misalnya pengolahan buku dari sejak buku datang sampai siap dipinjam oleh pemakai memerlukan waktu berapa hari. Standar tersebut dikomunikasikan kepada pemakai.

Kemudahan Pemakaian

a. Jenis Layanan

Pemakai akan lebih menyukai perpustakaan yang menggunakan sistem layanan terbuka. Pemakai secara psikologis lebih senang bila tahu betul keberadaan bahan pustaka yang diinginkan. Pada sistem layanan tertutup, kecurigaan pemakai kepada pustakawan untuk bersikap adil dalam melayani pemakai selalu ada. Sistem layanan terbuka lebih memungkinkan interaksi yang lebih mendalam antara pustakawan dan pemakai.

b. Kemudahan pemanfaatan

Kemudahan menggunakan seluruh fasilitas perpustakaan dengan membuat aturan yang mudah dipahami, jelas dan tidak birokratis. Peraturan yang terkesan diada-adakan dan semboyan bila-bisa dipersulit mengapa dipermudah harus dijauhkan.

c. Tata letak

Tata letak di sini lebih difokuskan kepada penempatan perabotan dan perlengkapan agar pemakai mudah menggunakan koleksi perpustakaan. Perabotan yang ergonomis sangat membantu kenyaman pemakai.

Kelengkapan Koleksi

Kelengkapan koleksi merupakan salah satu faktor utama pendorong masyarakat berkunjung dan memanfaatkan layanan perpustakaan. Survey di empat perpustakaan universitas terkemuka di Australia menunjukkan dari 40 item harapan terhadap layanan perpustakaan, koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pemakai menempati urutan ketiga. Peran bagian pengembangan koleksi sangat penting untuk memajukan perpustakaan.

Perpustakaan sebagai tempat

a. Kenyamanan

Sebagian besar orang kalau ditanya mengenai perpustakaan, maka jawabannya biasanya tempat menyimpan buku. Posisioning perpustakaan sebagai tempat buku atau gudang buku masih kuat tertancap dibenak pikiran masyarakat. Lebih ironis lagi gedung perpustakaan dipersepsikan kotor, tua, berdebu dan statis. Fasilitas dan kegunaan perpustakaan yang lain menjadi tidak berarti. Pendapat seperti di atas harus segera diluruskan.

Tempat yang nyaman, teduh, bersih dan membuat betah merupakan prioritas sebuah perpustakaan. Gedung perpustakaan juga harus lebih dinamis dalam merespon aktifitas pegawai dalam melayani pemakai, maupun kebutuhan tambahan pemakai. Ruangan dan aktifitas tambahan di luar kegiatan utama kepustakawanan tersebut, antara lain: ada ruang untuk diskusi kecil maupun seminar, aula yang besar, jika perlu terdapat ruang pamer benda seni atau fotografi.

b. Papan petunjuk

Denah dimana perpustakaan berada, penting diberikan. Petunjuk arah ditempatkan di lokasi yang strategis sehingga pemakai mudah menemukannya. Denah di dalam gedung juga perlu diperhatikan, apalagi biasanya gedung perpustakaan memiliki banyak lantai. Kemudahan pemakai mendapatkan yang dibutuhkan sangat membantu kenyaman pemakai.

c. Pengaturan ruangan

Ruangan yang tertata baik dan fungsional akan memudahkan pegawai maupun pengunjung dalam memenuhi kebutuhannya. Pengaturan ruangan yang baik sangat mempengaruhi tingkat intensitas kunjungan pemakai. Penggunaan konsultan disain interior maupun eksterior dalam derajat tertentu jauh lebih efektif dan efisien.

Kamis, 06 Mei 2010

SOFTWARE OPEN SOURCE UNTUK PERPUSTAKAAN

SENAYAN

Nama software ini memang persis seperti nama gelanggang olah raga, Nama Senayan diambil dari letak kantor pusat Kementerian Pendidikan Nasional yang letaknya di kawasan Senayan. Aplikasi ini dikembangkan oleh Diknas untuk mendukung program Indonesia Goes Open Source (IGOS). Senayan merupakan aplikasi manajemen perpustakaan, yang mempunyai fasilitas standar perpustakaan seperti :

  • Online Public Access Catalog (OPAC)
  • Bibliografi
  • Manajemen Dokumen
  • Sistem Sirkulasi

Featur sirkulasi pada aplikasi inipun lengkap seperti :

  • Pengaturan peminjaman dan pengembalian
  • reservasi buku
  • manajemen keanggotaan
  • stock buku
  • pelaporan dan statistik

Hal-hal tersbut di atas cukup lengkap untuk mendata aktivitas perpustakaan.

Selain berfungsi sebagai manajemen perpustakaan, juga terdapat berbarapa fasilitas tambahan yang terkait dengan dukungan terhadap sistem sirkulasi, yakni program pembuat barcode untuk buku.

Jumat, 30 April 2010

SELEKSI BAHAN PUSTAKA

SELEKSI BAHAN PUSTAKA

Seleksi bahan pustaka adalah mensuplai bahan pustaka yang tepat kepada pengguna yang tepat dan dalam waktu yang tepat pula. Disini terkandung pengertian bahwa pihak perpustakaan harus dapat memilih bahan pustaka yang tepat dan cocok untuk pengguna yang tepat pula. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan informasi yang bersifat personal, yang berarti keperluan orang terhadap informasi mungkin tidak akan sama satu dengan yanglainnya, dengan demikian pustakawan harus mampu mensuplai informasi yang tepat, serta harus mampu menyeleksi koleksi yang cocok untuk menjadi koleksi perpustakaan.

Dalam kegiatan seleksi bahan pustaka terlebih dahulu kita kemukakan pengertian dan jenis bahan pustaka itu sendiri. Dalam bukunya “Pengantar Ilmu Perpustakaan” Sulistyobasuki (1991) memberikan suatu pengertian bahan pustaka, yaitu :

  • Karya cetak, yang meliputi buku, majalah, laporan, pamflet, prosiding, manuskrip (naskah), dll.
  • Karya non cetak, yang meliputi : karya rekam seperti piringan hitam, rekaman audio, kaset, dan video.
  • Bentuk mikro, seperti mikrofilm, mikrofis, microopaque
  • Elektro seperti disket, pita magnetik (sekarang ada bentuk digital yaitu CD-ROM).

1. Jenis Bahan Pustaka

Dalam kegiatan seleksi bahan pustaka kita harus tahu pengertian dari jenis bahan pustaka itu sendiri, seperti :

· Karya cetak, yang meliputi buku, majalah, laporan, pamflet, prosiding, manuskrip (naskah), dll.

· Karya non cetak, yang meliputi karya rekam seperti piringan hitam, rekaman audio kaset, dan video.

· Elektronik seperti disket, pita magnetik (sekarang sudah ada koleksi dalam bentuk digital yaitu CD-ROM).

2. Prinsip Seleksi

Kegiatan seleksi bahan pustaka/informasi di perpustakaan ada beberapa prinsip seleksi yang harus diperhatikan. Banyak pakar yang mengemukaan pendapat tentang hal ini salah satunya adalah David Spiller (1991), yang mengemukakan pendapat, bahwa dalam melakukan seleksi bahan pustaka ada 5 pendekatan, yaitu :

1) Pendekatan menurut subyek

· Dalam memilih koleksi, harus dipertimbangkan mengenai subyek dan siapa penggunanya, serta dimana bahan pustaka tersebut bisa didapat.

· Pustakawan menentukan subyek-subyek yang akan dipilih disesuaikan dengan lembaga induknya, serta subyek yang menjadi prioritas.

· Dalam melakukan pengadaan bahan pustaka harus memenuhi standar klasifikasi 000 – 900 secara berimbang baik kuantitas maupun kualitasnya, sehingga bahan pustaka yang tersedia dapat digunakan oleh semua pihak secara optimal.

· Masing-masing perpustakaan mempunyai kekhasan dalam layanan maupun koleksinya.

2) Pendekatan menurut tingkat dan mutu koleksi

Dalam melakukan seleksi bahan pustaka harus mengetahui dengan baik siapa yang menjadi pengguna perpustakaan sehingga dapat diketahui tingkat dan mutu koleksi disesuaikan dengan penggunanya dan kemampuan dana yang tersedia untuk perpustakaan.

3) Harga Buku

Kegiatan seleksi bahan pustaka harus diperhatikan dan disesuaikan dengan kemampuan anggaran yang ada.

4) Standar kualitas isi buku

Dalam melakukan seleksi bahan pustaka, maka perlu diperhatikan isi atau kualitas bahan pustaka tersebut.

5) Dapat dibaca dan menarik

Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam kegiatan seleksi adalah faktor readibility atau derajat keterbacaan, cara penyajian, serta sistematika bahan pustaka tersebut, sehingga bahan pustaka tersebut selain dapat dibaca juga menarik untuk dibaca oleh pengguna perpustakaan.


3. Alat bantu seleksi

Dalam melakukan seleksi bahan pustaka di perpustakaan dibutuhkan alat bantu seleksi yang diterbitkan tentang suatu subyek ataupun untuk mengetahui suatu bahan itu merupakan terbitan yang paling mutakhir jika dibandingkan dengan yang lain.

Adapun pengelompokan alat bantu seleksi sbb :

    • Bibliografi (current, retrospective, local, nasional, universal)
    • Majalah-majalah profesional, book review/resensi buku dalam harian
    • Katalog penerbit, toko buku, dealer, serta lembaga-lembaga tertentu
    • Para ahli yang dapat dimintai pendapat atau rekomendasi


4. Tugas Pustakawan dalam Seleksi Bahan Pustaka

Didalam melaksanakan kegiatan seleksi bahan pustaka ada beberapa tugas dari seorang pustakawan, yaitu sebagai berikut :

a. Mengerahkan seluruh proses seleksi menurut arah yang tepat.

b. Meyakinkan pimpinan akan perlunya tersedianya dana yang cukup untuk membina koleksi yang sesuai dengan lembaga yang menaunginya.

c. Menggunakan dana dengan baik sehingga kebutuhan pengguna (dari berbagai kalangan) dapat terpenuhi.

d. Menumbuhkan minat kerjasama dengan semua pihak, danmemberi informasi ketersediaan dana dari pihak-pihak terkait.

e. Mengikuti secara teratur berbagai bibliografi, majalah, tinjauan buku, katalog penerbit, serta saran-saran dari para ahli mengenai buku/majalah yang layak dibeli.

f. Menyediakan waktu untuk secara pribadi mengadakan seleksi.

g. Menggugah minat pengguna akan koleksi perpustakaan.

h. Meningkatkan kerjasama diantara staf perpustakaan

Selanjutnya pustakawan sebagai orang yang bertanggungjawab dalam kegiatan seleksi bahan pustaka hendaknya perlu memakai pedoman dasar sebagai berikut :

a. Mengetahui berbagai jenis bahan pustaka yang ada di pasaran.

b. Mengetahui tujuan dan fungsi perpustakaan tempat ia bekerja.

c. Mengenal kebutuhan masyarakat yang dilayani.

d. Mengenal prinsip-prinsip seleksi.

e. Mengenal dan mampu menggunakan alat-alat bantu seleksi.

f. Memahami berbagai kendala yang ada.


5. Profil Penyeleksi

Untuk menjadi penyeleksi yang baik bukanlah pekerjaan yang mudah, namun ada beberapa persyaratan, yaitu :

a. Informed

b. Educated

c. Akrab

d. Impatial/netral

e. Mengetahui semua koleksi yang dimiliki perpustakaan.

6 TAHAPAN DALAM PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN
PENGEMBANGAN MUTU LAYANAN PERPUSTAKAAN
BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

PENGEMBANGAN MUTU LAYANAN PERPUSTAKAAN
BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

Kamis, 29 April 2010

KELAYAKAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN BANYUMAS

Kondisi perpustakaan sekolah dasar yang masih jauh dari kondisi ideal untuk menunjang kemajuan pendidikan di Indonesia seperti tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Namun demikian, usaha-usaha terhadap pembinaan perpustakaan sekolah yang dilakukan secara signifikan dan berkesinambungan oleh pemerintah, baik di tingkat pusat, maupun tingkat daerah juga bukanlah sutau bukti yang dapat diabaikan. Bahkan di tingkat sekolah sendiri, ada pengelolaannya yang senantiasa berusaha yang secara bertahap membenahi perpustakaannya dengan dana dari POMG, BOS dan lembaga lainnya. Menilik fenomena yang demikian serta menghingat betapa pentingnya perpustakaan sebagai sumber informasi dalam menunjang proses kegiatan belajar mengajar, maka pada tahhun 2007 pernah dilakukan sebuah studi mengenai kelayakan perpustakaan sekolah dasar (kerasama BALITBANGTELARDA KAB. Banyumas dengan UNSOED.
Tujuan dari studi tersebut adalah memotret serta mengukur tingakat kelayakan perpustakaan Sekolah Dasar di Kabupaten Banyumas. Dengan mengetahui gambaran yang lebih nyata tentang tingkat kelayakannya, diharapkan akan diperoleh rekomendasi yang tepat untuk pembinaan perpustakaan Sekolah Dasar di wilayah kabupaten Banyumas sehingga pembinaan tersebut dapat dilakukan dengan lebih akurat, terarah, efektif, dan efisien.
Sasarn penelitian adalah perpustakaan sekolah dasar di Wilayah Kabupaten Banyumas.
Variabel yang diteliti mengenai beberapa aspek yang harus ada dalam penyelenggaraan perpustakaan sekolah dasar, yang terdiri atas organisasi bahan perpustakaan, manajemen, administrasi, pengolahan bahan perpustakaan dan pelayanan.
populasi penelitian adalah Sekolah dasar Negeri yang tersebar di 27 Kecamatan dalam wilayah Kabupaten Banyumas berjumlah 819. sampel sebesar 85 responden diambil secara acak.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan :
  1. Pada umumnya perpustakaan sekolah dasar tidak mempunyai petugas khusus, apalagi yang memiliki latar belakang pendidikan perpustakaan. pengelolaannya diserahkan kepada para guru, yang notabene sudah mempunyai tugas utama yang tidak ringan. Tentu saja para guru tersebut akan mengutamakan tugas pokoknya sehingga urusan perpustakaan seringkali terbengkalai dan perpustakaan menjadi tidak layak karena tidak dapat melayani penggunanya secara optimal.
  2. Sebagian besar perpustakaan Sekolah Dasar di Kabupaten Banyumas tidak memiliki gedung atau bahkan ruang tersendiri yang cukup untuk menyelenggarakan kegiatan perpustakaan. Kondisi yang demikian membuat perpustakaan sekolah tidak layak karena tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
  3. Pada umumnya perpustakaan sekolah tidak pernah mengikuti lomba perpustakaan. Padahal kesiapan sebuah perpustakaan untuk mengikuti lomba dapat menjadi cermin dari kelayakan perpustakaan tersebut dipandang dari sudut organisasinya, manajemennya, administrasinya, pengolahan, dan pelayanannya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa perpustakaan sekolah tidak layak.
  4. Hanya sebagian kecil perpustakaan sekolah yang berhasil memperoleh bantuan dari lembaga (bisnis) serta perorangan. Salah satu sebabnya adalah bahwa pihak perpustakaan kurang proaktif.
  5. Pada Umumnya Kepala Sekolah tidak memiliki konsep perpustakaan ideal. Padahal salah satu fungsi idealisme adalah untuk menumbuhkan motivasi dalam emncapai yang dicita-citakan.
  6. Hanya sebagian kecil kepala sekolah yang memiliki komitment dalam menyelenggarakan perpustakaan.
  7. Prasarana yang meliputi sub indikator gedung tersendiri, luas, lokasi, ruanng khusus, pencahayaan, dan sirkulasi udara secara komulatif berpredikat tidak layak. Hal tersebut ditunujukkan dengan rerata persentase 16,08%.
  8. Sarana yang meliputi sub indikator almari katalog, rak buku, rak majalah, rak koran, meja baca, kursi baca, meja/kursi staf, komputer, meisn ketik, audio visual dan display secara komulatif berpredikat kurang layak. Hal tersebut ditunjukkan dengan rerata persentase 37,18%.
  9. Koleksi yang melliputi sub indikator buku pelajaran pokok, pelajaran pelengkap, buku bacaan, jumlah judul lebih dari atau sama dengan 1000 judul, jumlah judul buku fiksi lebih dari atau sama dengan 400, jmulah judul non fiksi lebih dari atau sama dengan 600, koleksi referensi, majalah, surat kabar, dan AVA secara komulatif berpredikat kurang layak. Hal tersebut ditunjukkan dengan rerata persentase 43, 65 persen.
  10. Sumber daya manusia yang meliputi sub indikator petugas khusus, pustakwan, pendidikan petugas di bidang perpustakaan, keikutsertaan dalam pelatihan dan mengikuti seminar secara komulatif berpredikat tidak layak. Hal tersebut ditunjukkan dengan rerata persentase 8,24%.
  11. Administrasi perpustakaan yang meliputi sub indikator pengadaan, pengolahan, layanan, sarana layanan, laporan kegiatan layanan, pemanfaatan perpustakaan dan pengenalan perpustakaan secara komulatif berpredikat kurang layak. Hal tersebut ditunjukkan dengan rerata persentase 45,62%.
(Sumber : Laporan Penelitian Kelayakan Perpustakaan Sekolah Dasar di Kabupaten Banyumas Tim Peneliti Tulus Nugrahadi, Chamdi, Djoko Prasetyo, Nurhasyim, Fuad Zen, Arif Nurochman, Purwono) tahun 2007.